您的当前位置:首页 > 焦点 > Perjalanan Berdiri dan Tumbangnya Jamu Nyonya Meneer hingga Peluang untuk Kembali 正文
时间:2025-05-24 21:58:34 来源:网络整理 编辑:焦点
Warta Ekonomi, Jakarta - Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, warisan budaya seperti quickq最新官方下载手机版
Di tengah derasnya arus modernisasi dan globalisasi, warisan budaya seperti jamu tradisional tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat Indonesia. Salah satu nama besar yang tak bisa dilepaskan dari sejarah panjang dunia jamu adalah Nyonya Meneer, sebuah merek legendaris yang lahir dari tangan seorang perempuan visioner, Lauw Ping Nio.
Lahir pada tahun 1895 di Sidoarjo, Jawa Timur, Lauw Ping Nio merupakan perempuan keturunan Tionghoa yang sejak muda sudah terbiasa dengan pengobatan tradisional. Ia belajar banyak dari ibunya mengenai tanaman obat dan perawatan rumah tangga. Ketika menikah dengan Ong Bian Wan dan pindah ke Semarang di awal 1900-an, kehidupannya berubah arah saat sang suami jatuh sakit. Pengobatan medis tak kunjung membawa hasil, dan dari sinilah titik balik terjadi.
Dengan bekal ilmu tradisional yang diwarisi dari ibunya, Ping Nio meracik jamu sendiri untuk sang suami. Tak disangka, sang suami sembuh. Keberhasilan itu menjadi momen penting yang membangkitkan semangatnya untuk membantu lebih banyak orang melalui racikan jamu alami.
Nama "Meneer" berasal dari kata "menir", yaitu sisa butiran padi halus yang diidamkan ibunya saat mengandung, dan berubah menjadi "Meneer" karena pengaruh ejaan Belanda. Sejak saat itu, ia lebih dikenal dengan nama Nyonya Meneer.
Berawal dari dapur rumahnya, Nyonya Meneer mulai memproduksi jamu secara manual dan memasarkan langsung kepada tetangga dan kerabat. Ia memanfaatkan perabotan rumah tangga sederhana, tetapi berkat ketelatenannya dan kepercayaan masyarakat, bisnisnya berkembang pesat.
Pada tahun 1919, ia membuka toko dan pabrik jamu pertamanya di Jalan Pedamaran, Semarang. Produk-produknya seperti Galian Putri, Jamu Sariawan, Amurat, Pria Sehat, Gadis Remaja, hingga Minyak Telon menjadi andalan masyarakat. Salah satu inovasi penting adalah mencantumkan potret dirinya di kemasan jamu sebagai strategi personalisasi yang membangun kedekatan emosional dengan konsumen.
Baca Juga: Cerita Wang Ning Pendiri Pop Mart, Sukses Lewat Labubu hingga jadi Miliarder Termuda di China
Seiring waktu, bisnisnya berkembang menjadi industri besar. Pada tahun 1940, anak perempuannya, Nonnie, membuka cabang toko jamu di Pasar Baru, Jakarta. Produk Nyonya Meneer pun semakin dikenal secara nasional dan bahkan merambah pasar internasional seperti Amerika Serikat, Taiwan, Belanda, Malaysia, Brunei, dan Australia.
Setelah wafatnya Nyonya Meneer pada tahun 1978, tongkat estafet perusahaan diteruskan oleh anak-anak dan cucunya. Sayangnya, konflik internal di antara generasi ketiga menyebabkan perpecahan dalam kepemimpinan. Pada tahun 2000, Charles Saerang, salah satu cucu, mengambil alih kendali penuh perusahaan.
Meski sempat berjaya, PT Nyonya Meneer menghadapi tantangan finansial serius. Hingga pada 3 Agustus 2017, perusahaan resmi dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri Semarang karena tidak mampu membayar utang sebesar Rp252 miliar. Ini menjadi akhir yang menyedihkan bagi salah satu ikon industri herbal tanah air.
Namun, semangat untuk menjaga warisan tetap menyala. Museum Jamu Nyonya Meneer yang didirikan pada tahun 1984 di Semarang menjadi bukti nyata dedikasi terhadap pelestarian budaya. Bahkan, pada tahun 2020, perusahaan baru bernama PT Bhumi Empon Mustiko, hasil kerja sama antara keturunan Nyonya Meneer dan Ahabe Group, mengambil langkah strategis dengan mengakuisisi sebagian merek dagang Nyonya Meneer untuk menghidupkan kembali kejayaan jamu tradisional.
Saran PDIP Jika Anies Baswedan Mau Nyalon Lagi di Pilkada DKI Jakarta, Dengarkan Baik2025-05-24 21:48
Klarifikasi Kemendiktisaintek soal Nasib Neni Herlina yang Dipecat Sepihak Mendiktisaintek Satryo2025-05-24 21:48
Asal Jalan Ditutup, Dishub DKI Sebut JLNT Aman Dilintasi Pesepeda2025-05-24 21:33
Doa dan Amalan 10 Hari Ramadan, Yuk Amalkan!2025-05-24 21:17
Versi Habib Bahar, 'Jokowi Kayak Banci' Itu Hanya Majas?2025-05-24 21:02
Dishub DKI Sebut Penumpang Arus Balik di Jakarta Naik 129 Persen, Pendatang Baru Membludak?2025-05-24 21:00
Bandung Kembali Bergema Lewat Bank bjb Bandoeng 10K: Ribuan Pelari Hidupkan Semangat Kota2025-05-24 20:51
Jadwal Misa Rabu Abu 2025 di Gereja Katedral Jakarta2025-05-24 20:43
Kuasa Hukum SYL Sebut Kliennya Tak Terima Ucapan Jaksa KPK2025-05-24 20:06
Lewat SICANTIKS, OJK Atur Strategi Libatkan Perempuan untuk Perkuat Literasi Keuangan Syariah2025-05-24 19:23
Walikota Bogor Dicecar soal Plafon Gedung DPRD Amblas2025-05-24 21:36
Presidential Threshold Dihapus Jadi Angin Segar? Golkar Menunggu Dampaknya Seperti Apa2025-05-24 21:32
Waspada! Kasus DBD di Jakbar Naik Sejak Januari, Kelembapan Suhu Jadi Penyebab2025-05-24 21:16
4 Oknum Polisi Disidang Etik, AKP hingga Brigadir Didemosi Terkait Dugaan Pemerasan Penonton DWP2025-05-24 21:02
'Batasi' Turis Asing, Aktivis Spanyol Pasang Tanda Palsu di Pantai2025-05-24 20:56
Direksi Titipan Biang Kerok? Pramono Anung akan Bongkar Habis Manajemen Bobrok Bank DKI2025-05-24 20:37
Jakarta Bakal Dipenuhi CCTV! Rano Karno: Anggaran Rp380 Miliar Siap Digelontorkan2025-05-24 20:25
Dorong Transaksi, BNI2025-05-24 20:10
908.289 Orang Mudik Naik Angkutan Umum, 2.375.580 Orang Pilih Kendaraan Pribadi2025-05-24 19:48
Upacara Wisudhi Trisarana di Wihara Ekayana Arama, Berikut Makna dan Prosesinya2025-05-24 19:35